Sesuai judul, benar-benar singkat waktu jalan-jalan kami di Singapura. Apa itu Singapura, kurasa tidak perlulah kujelaskan di sini. Untuk mendapatkan informasi lebih banyak bisa googling. Tapi poin yang kupertegas di sini adalah bahwa negeri ini dulunya sempat bernama Temasek yang dari bahasa Jawa berarti kota laut. Negeri ini juga sempat menjadi wilayah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit, 2 kerajaan besar dari Indonesia sekarang. Nama Singapura diberi oleh Sang Nila Utama, raja di Bintan, karena melihat seekor singa pada saat mengunjungi pulau ini saat berburu. Oleh karena itulah, Merlion yang berwujud setengah singa dan setengah ikan mewakili dari Temasek dan Singapura.
Aku dan istri serta keluarga kakak iparku beruntung bisa dapat tiket promo dari Mandala Airlines (partner dari Tiger Airways, maskapai berbasis di Singapura). Tiketnya dibeli 26 Februari 2013 untuk penerbangan Medan-Singapura (29 Maret 2013) dan Singapura-Medan (31 Maret 2013). Pas sekali tanggal 29 Maret adalah hari libur Jumat Agung. Tiket dibeli dengan total harga Rp 5.991.200 untuk 8 orang atau Rp 748.900/orang (tidak termasuk airport tax Bandara Polonia dan bagasi, namun sudah termasuk airport tax Bandara Changi yang jumlahnya ternyata besar juga Rp 196.000/orang).
Kami check-in sekitar pukul 06:20 WIB, dilanjutkan membayar airport tax sebesar Rp 75.000/orang. Pesawat kami take off sekitar pukul 08:00 WIB. Lama penerbangan sekitar 1 jam dan waktu Singapura 1 jam lebih maju dari WIB. Di pesawat istriku mengisi 8 kartu kedatangan kami yang dibagikan pada saat check-in (juga dibagikan lagi pada saat di pesawat bagi yang belum mendapatkan) dan menyuruh kami untuk menandatangani. Begitu mendarat, kami menyempatkan ke toilet dan mengisi botol-botol minuman dari kran minum yang banyak tersebar terutama dekat toilet di Bandara Changi. Sehabis itu antri di imigrasi. Petugas imigrasi Singapura yang melayani kami ramah, berbeda dengan petugas imigrasi di LCCT Kuala Lumpur. Bukan hanya aku dan istri saja yang merasakan hal ini, namun juga keluarga kakak iparku. Kami ditanya menginap di mana di Singapura. Semula jawabanku adalah Lavender St. Namun petugas menanyakan apa nama hotelnya dan kujawab Moni Gallery Hostel dan petugas memintaku untuk memberitahukan kepada seluruh keluarga yang ikut agar menuliskan nama hotel di kolom penginapan pada kartu kedatangan. Saran agar lebih aman dan meyakinkan pihak imigrasi Singapura, booking hotel dari Indonesia sehingga ketika ditanya atau bahkan diminta menunjukkan bukti booking hotel di Singapura, kita bisa menunjukkan.
Oh ya, demi keamanan, jangan membawa masuk rokok maupun permen karet ke Singapura. Kalau ketahuan dendanya besar. Suami kakak iparku membuang rokoknya di Polonia. Di Singapura, dia membeli rokok (buatan Sampoerna, Indonesia) seharga 90 ribuan sebungkus. Bandingkan rokok Indonesia seharga 10 ribuan. Itupun katanya tidak seenak rokok Indonesia. Memang negeri singa ini tidak ramah untuk perokok. Bukan hanya untuk perokok, tapi untuk orang Indonesia seperti kami yang terbiasa hidup di negeri kurang disiplin, terasa negeri ini sangat mengekang. Tapi menurutku, itulah kunci kemajuan Singapura, disiplin yang tinggi. Gak heran negeri ini disebut fine city, kota yang baik/nyaman ditinggali (fine) karena banyak denda (fine).
Urusan imigrasi kami selesai sekitar pukul 11 lewat. Menunggu loket penjualan kartu EZ-Link (kartu transportasi) buka pukul 12, kami makan siang dulu. Semula hendak makan di Mc Donalds yang terletak di sebelah kiri keluar terminal kedatangan, tapi tidak ada menu pakai nasi, akhirnya kami pindah ke food court sebelahnya (namanya aku lupa). Makanan dan minuman juga termasuk pengeluaran cukup besar di sini. Makan dan minum versi murah saja bisa kena $7. Selesai makan kami langsung menuju loket penjualan kartu EZ-Link. Loket ini terletak dekat dengan stasiun MRT Changi Airport di basemen terminal 2 dan 3. Dari terminal lain hendak kemari bisa lewat skytrain atau airport shuttle bus. Kami ingin merasakan menjadi orang Singapura yang kemana-mana naik transportasi publik mereka yaitu MRT. Ternyata di loket, antrian sudah panjang. Sekitar 15 menit mengantri, baru giliran kami. Aku sendiri telah menyiapkan itinerary termasuk biaya transportasinya. Untuk mengecek biaya transportasi MRT bisa di sini. Kupikir ada perbedaan biaya transportasi untuk child dan seniors. Ternyata katanya tidak. Mungkin ini khusus untuk warga negara Singapura. Kami membeli 7 kartu EZ-Link seharga $12 (deposit $7, harga kartu $5). Anak dengan tinggi < 90 cm gratis biaya transportasi.
Tujuan kereta kami adalah stasiun MRT Boon Keng yang tidak jauh dari stasiun itu terletak penginapan kami, Moni Gallery Hostel. Untuk kemari kami harus pindah kereta 3 kali (istilahnya transfer) yaitu di stasiun Tanah Merah, Paya Lebar, Serangoon. Untuk yang mau naik transportasi publik, sebaiknya cetaklah MRT & LRT System Map agar tidak bingung. Jalur MRT terbagi menjadi 4 jalur: merah, hijau, ungu, dan kuning. Selain itu ada jalur LRT yang di diagram berwarna abu. LRT ini juga kereta, tapi dengan ukuran lebih kecil.
Kami masing-masing masuk ke dalam stasiun dengan menge-tap (meletakkan kartu di atas sensor, begitu bunyi dan pintu terbuka, angkat dan masuk ke dalam stasiun) kartu EZ-Link. Kereta berangkat ke Stasiun Tanah Merah. Jelas kok pengumuman di dalam kereta nama stasiun perhentian berikutnya. Begitu sampai di stasiun Tanah Merah, kami turun dan berganti kereta menuju Joo Koon (stasiun Paya Lebar terletak di arah menuju Joo Koon). Kami mengantri di platform kereta menuju Joo Koon. Perhatikan tanda di lantai dari arah mana kita masuk (sisi kiri dan kanan). Sisi tengah untuk orang yang keluar dari kereta. Kereta selanjutnya bergerak dan di stasiun Paya Lebar kami turun. Stasiun Paya Lebar ini merupakan interchange jalur hijau dan kuning. Dari jalur hijau kami akan pindah ke jalur kuning. Kami berjalan mengikuti petunjuk arah yang jelas. Sesampai di jalur kuning, kami mengantri di platform kereta menuju HarbourFront (stasiun Serangoon terletak di jalur menuju HarbourFront). Kereta bergerak dan di stasiun Serangoon kami turun. Stasiun Serangoon merupakan interchange jalur kuning dan ungu. Kami berpindah dari jalur kuning ke ungu. Kami berjalan mengikuti petunjuk arah dan tibalah di jalur ungu. Kami mengantri di platform menuju HarbourFront. Ingat, jangan salah mengantri di platform yang salah kalau tidak ingin waktu terbuang percuma. Kalaupun terlanjur salah, jangan panik, tinggal turun di stasiun berikutnya dan berpindah ke platform sebaliknya. Kami turun di stasiun Boon Keng, tap kartu (biaya $1.87) dan mengambil Exit C. Keluar dari Exit C dan menatap lurus ke depan, terlihatlah Moni Gallery Hostel. Kami berjalan dan menyeberang sekitar 5 menit. Ingat untuk selalu menyeberang jalan di tempat yang seharusnya dan jangan asal menyeberang jalan di lampu merah jika lampu tanda penyeberang jalan masih merah. Dan jika lampu hijau tanda penyeberang jalan sudah berkelap-kelip, sebaiknya jangan menyeberang, tunggu hingga hijau kembali. Banyak ya aturan di sini, hehehe...
Aturan yang lain yang harus diingat tidak boleh makan-minum di stasiun/kereta dan juga tempat-tempat yang diberi peringatan. Dendanya $500. Merokok juga tidak boleh. Dendanya $1000. Ada beberapa peraturan lain, silahkan googling untuk lebih jelasnya.
Kami check-in ke hostel dan diberi kamar di atas. Deposit kunci sebesar $20/kunci. Kami sangat puas dengan kamar yang diberikan dan juga sangat puas dengan suasana hostelnya. Begitu selesai check-in kami diberi instruksi tentang hostel tersebut, termasuk bebas makan-minum apa yang tersedia di pantry dan harus mencuci sendiri peralatan dapur yang digunakan. Kamar mandi di luar kamar dan tersedia air panas. Kamar juga ber-AC. Kami sudah booking untuk 2 malam di sini dan kami mengambil kamar Club Room (memuat 8 orang). Beruntung booking jauh hari di Agoda dan memakai kartu kredit Mandiri sehingga dapat diskon 12%. Biaya menginap untuk 2 malam setelah didiskon yaitu Rp 2.010.181. Oh ya, untuk kami yang bepergian dengan anak kecil, sangat sedikit hostel yang mengizinkan anak di bawah 12 tahun menginap sehingga Moni Gallery Hostel ini sangat pas dan puas untuk kami.
Waktu sudah sekitar jam 2 lewat waktu kami masuk ke kamar. Saking capeknya, kami tertidur dan terbangun jam 4 sore. Karena sudah sore, terpaksa agenda ke Science Center kami batalkan dan kami bergegas menuju Merlion Park. Untuk ke Merlion Park, kami harus ke stasiun Raffles Place dengan transfer di Dhoby Ghaut. Kami berjalan kembali ke stasiun Boon Keng, masuk ke stasiun dengan tap kartu, kemudian mengantri di platform menuju HarbourFront. Kami turun di Dhoby Ghaut untuk kemudian pindah ke jalur merah. Kami kemudian mengantri di platform menuju Marina Bay. Kami turun di Raffles Place. Keluar dari stasiun, ternyata hujan. Kami berjalan dan berfoto dengan latar belakang Marina Bay Sands. Cukup lama kami menunggu hujan reda. Tapi ternyata tidak ada yang sia-sia. Kami sampai di Merlion tepat pukul 8 dan Marina Bay Sands Laser Show dimulai. Keren! Ini bahasa yang tepat untuk mengekspresikan akan kreativitas Singapura dalam menarik pengunjung. Aku sendiri sibuk foto-foto tanpa menikmati pertunjukan yang berlangsung. Sehabis laser show, kami foto-foto di Merlion. Setelah selesai, kembali ke stasiun Raffles Place untuk selanjutnya ke Mustafa Center di Little India.
Untuk ke Mustafa Center, kami turun di stasiun MRT Ferrer Park dan selanjutnya jalan sedikit ke Syed Alwi Rd. Sebelum masuk ke Mustafa Center, kami makan malam dulu di food court samping Mustafa. Berhubung keponakan-keponakanku sudah mengantuk, kami tidak lama di Mustafa. Paling hanya membeli beberapa souvenir. Berhubung sudah lewat jam 11 malam dan takutnya kereta sudah tidak ada lagi, kami memutuskan berjalan kaki. Ternyata dari Mustafa tidak jauh ke hostel tempat kami menginap, hanya perlu berjalan lurus mengikuti arus lalu lintas Serangoon Rd lalu belok kanan di Lavender St. Sampai di hostel kami istirahat setelah sebelumnya mandi.
Sabtu, 30 Maret 2013 merupakan hari terakhir kami bisa puas-puaskan di Singapura karena besok pagi sudah balik ke Medan. Kami bangun dan bersiap-siap untuk berangkat. Tujuan kami adalah Botanical Garden. Kami naik MRT dari stasiun Boon Keng ke arah Punggol dan transfer di Serangoon untuk berganti jalur dari jalur ungu ke jalur kuning dengan tujuan HarbourFront dan turun di stasiun Botanical Gardens. Di Botanical Gardens, kami berfoto-foto, terutama di Evolution Park yang ada pohon fosil.
Selanjutnya kami bergerak ke VivoCity untuk menyeberang ke Pulau Sentosa. Kami naik MRT ke stasiun HarbourFront. Di VivoCity kami makan siang dulu. Setelah selesai makan siang, kami berjalan ke Pulau Sentosa. Ada fasilitas untuk pejalan kaki yang ingin menyeberang ke Sentosa yang dinamakan Sentosa Boardwalk. Untuk masuk ke Sentosa, lewat Broadwalk dikenakan biaya $1 yang dapat dibayar menggunakan kartu EZ-Link. Selanjutnya kami menuju ke Universal Studio. Karena keterbatasan waktu, kami hanya fotoan di sana. Selanjutnya kami menuju basement dengan eskalator. Di basement kami mencari bus stop untuk menumpang Sentosa Bus yang gratis. Di bus stop Resorts World Sentosa, lewat Sentosa Bus 1 dan 2 dengan rute yang berbeda. Kami menaiki Sentosa Bus 2 menuju bus stop Merlion untuk melihat patung Merlion raksasa, yang jauh lebih besar dari Merlion di Marina Bay. Merlion di Sentosa tingginya 37 meter sedang yang di dekat Marina Bay (Merlion Park) tingginya 8,6 meter. Kami berfoto-foto di sana. Selanjutnya kami kembali ke bus stop yang kemudian menumpang Sentosa Bus 3 untuk menuju Beach Station. Di Beach Station yang merupakan transfer hub ini kami menaiki bus kecil menuju Siloso Beach. Tidak lama kemudian kami sampai di Siloso Beach. Kami tidak bisa berlama-lama di sini, padahal keponakan-keponakanku ingin sekali mandi-mandi. Poin yang buat menarik di pantai ini adalah pantai yang bersih berpasir putih dan di tengah laut melihat banyak sekali kapal-kapal cargo besar. Sungguh pemandangan yang belum pernah kulihat.
Selanjutnya kami kembali ke Resorts World Sentosa. Di basement Resorts World Sentosa ada layanan shuttle bus gratis dari Resorts World Sentosa ke beberapa hotel di kawasan Orchard, begitu sebaliknya dan juga dari Resorts World Sentosa ke beberapa hotel di kawasan Bencoolen/Marina, begitu sebaliknya. Benar-benar gratis, hanya perlu menunjukkan paspor dan kartu kedatangan dan kalau ditanya turun dimana, sebut saja salah satu hotel tempat turun. Informasi tentang free shuttle ini ada kok di papan pengumuman di basement. Kami hendak menuju Orchard Road, jadi kami naik shuttle bus ke Orchard. Ketika ditanya turun dimana, kujawab Mandarin Orchard. Aku benar-benar blank mau turun dimana. Harusnya kujawab turun di Concorde Hotel, karena ini dekat dengan Istana Presiden Singapura, Orchard Plaza, Plaza Singapura, dan stasiun MRT Dhoby Ghaut. Tapi gak apalah, sewaktu turun di Mandarin Orchard, kami bisa sambil berjalan-jalan dan baru pertama kali melihat kerumuman orang berjalan di trotoar, banyak sekali, macam di film-film Amerika dan Jepang itu. Kami makan malam di salah satu food court di sana.
Selanjutnya dari stasiun MRT Dhoby Ghaut kami ke Chinatown. Kami turun di stasiun MRT Chinatown yang hanya 2 stasiun jaraknya dari Dhoby Ghaut ke arah HarbourFront. Keluar dari stasiun langsung kami jumpai penjual berbagai macam souvenir. Dan ternyata, lebih murah dari yang di Mustafa. Menyesal juga, tapi apa boleh dibuat. Di sini dapat gantungan kunci $10 untuk 30 buah, padahal di Mustafa $3.5 untuk 6 buah. Kaosnya juga murah, $10 untuk 4 kaos, sesuailah dengan bahannya. Tapi untuk oleh-oleh, kan murah meriah.
Dari Chinatown kami kembali ke Mustafa Center karena ada yang mau dibeli di sana. Mertua kakak iparku ingin sekali beli tas branded dengan harga yang miring. Kami naik MRT ke stasiun Ferrer Park. Selesai di Mustafa, kami kembali ke hostel dengan naik MRT. Untungnya masih ada MRT tujuan ke Punggol. Kami turun di stasiun Boon Keng selanjutnya jalan sedikit ke hostel. Sesampai di hostel mandi dan langsung tidur.
Minggu sekitar pukul 7-an kami bangun dan bersiap-siap untuk pulang. Sesudah self service breakfast di pantry hostel dengan menikmati teh manis hangat dan roti, kami check-out. Staf hostel membukakan pintu untuk mengantar kami keluar dan kami berjabat tangan. Mereka ramah. Kesan yang sangat positif untuk hostel ini. Sesampai di bandara, kami check-in ke konter Tiger Airways di row 11, dapat boarding pass, antri imigrasi, menuju ke gate E24. Tidak berapa lama menunggu, kami langsung boarding. Pesawat pun terbang kembali ke Polonia. Selamat tinggal Singapura. Aku sendiri ingin kembali ke sini suatu saat nanti.
saya akan menginap di moni gallery hostel agustus besok. Bagaimana keadaan hostel disana ? apakah kamar mandi dan toiletnya bersih ? Bagaimana kondisi kamar ? Apakah nyaman untuk tidur ? Terimakasih :)
BalasHapusSaya rekomendasikan menginap di sana. Pengalaman kami puas.
Hapusberapa deposit yang harus di bayar per orang? di kembalikan ketika check out kan?
BalasHapusDeposit bukan per orang tapi per kunci kamar. Kalau tidak salah SGD 50/kunci kamar. Uang ini akan dikembalikan ketika check out
HapusBlognya keren banget mas. Mau tanya donk mas, saya kan ada rencana untuk menginap di Moni Gallery Hostel, disana untuk air minum galon & perlengkapan masak (rice cooker) disediakan tidak ya? Terima kasih mas atas infonya ;)
BalasHapusAir minum galon dan rice cooker disediakan di pantry, bahkan ada gula, teh, biskuit, roti, selai, beras, daging, dsb. Pokoknya yg ada di pantry boleh digunakan. Yg perlu diingat adalah cuci sendiri peralatan makan dan masak setelah menggunakannya.
HapusBerarti bisa masak sendiri & makan sepuasya donk, asyikkkkkk.... hehehehe..... Terima kasih Mas atas infonya.
BalasHapusposting juga kondisi kamar disana @jhendral...ada fotonya kan?
BalasHapusHahaha... nimbrung juga ya Bang. OK, begitu laptopku beres, kucoba posting. Data ada di laptop yg bermasalah.
Hapussangat membantu. terima kasih banyak
BalasHapus