Selasa, 15 Mei 2012

"Selamat tinggal Juventus," Kata Si Il Pinturicchio

Sebagai seorang Juventini aku sangat senang dengan scudetto Juventus musim 2011/2012. Entah itu scudetto ke-28 atau ke-30, tidak jadi soal bagiku. Persoalannya adalah tidak diperpanjangnya kontrak Il Capitano Juventus, Alessandro Del Piero. Terus terang aku kesal melihat manajemen Juventus. Pengabdian dan loyalitasnya kurang dihargai.

Mengenal Del Piero sejak SMP tahun 1997, tidak lama setelah mengenal Juventus dan menjadikannya tim favorit serta Del Piero sebagai pemain favorit. Terpukau dengan kemampuannya mengocek bola dan gol-gol indahnya yang membuatku langsung jatuh hati. Namun sayang, kemampuan itu menjadi sangat berkurang setelah cedera panjang yang dialaminya. Cedera itu terjadi pada sore tanggal 8 November 1998 di Stadion Friuli kandang Udinese ketika Juventus bertemu Udinese di Serie-A. Adalah seorang Marco Zanchi, pemain belakang Udinese yang "memakan" Del Piero dan membuatnya jatuh dalam posisi yang sangat buruk sehingga Del Piero harus ditandu ke luar lapangan. Del Piero pun cedera berat dan dinyatakan harus absen selama 12 bulan, dengan empat bulan diantaranya dengan memakai tongkat jalan. Tentulah sangat sulit bagi seorang pemain dengan absen yang begitu lama dan baru sembuh dari cedera untuk kembali fit. Dan menurutku itulah yang terjadi. Del Piero tidak bisa kembali seperti dulu. Seandainya cedera itu tidak ada, tentunya cerita yang lebih luar biasa lagi dari seorang Del Piero yang terjadi.

Pasca cedera, untuk mencetak sebuah gol saja menjadi sulit bagi Del Piero. Selain faktor skill yang mungkin berkurang, faktor mental juga sangat berpengaruh. Di musim setelah cedera (1999/2000), 8 dari 9 gol Alex di Serie A dicetak dari bola mati. Satu-satunya gol Alex tidak dari bola mati adalah dari sudulan ke gawang Parma yang dijaga Gianluigi Buffon.

Akupun menanti-nantikan Del Piero kembali ke performanya. Sebuah gol indah spesialisnya ke gawang Jerman di semifinal Piala Dunia 2006 membuatku berteriak kegirangan. Gol ini lebih memastikan Italia ke final bertemu Perancis yang akhirnya Italia memenangkan Piala Dunia 2006. Del Piero telah kembali, walaupun tidak lagi seperti seharusnya ketika sebelum cedera.

Sayangnya kegembiraan juara Piala Dunia itu dirusak dengan dihukumnya Juventus terdegradasi ke Serie-B plus pengurangan nilai 9 poin serta dicabutkan 2 gelar scudettonya karena kasus Calciopoli. Benar-benar sulit ditambah lagi pemain-pemain top Juventus seperti Ibrahimovic, Cannavaro, Thuram, Viera, dan Zambrotta lebih memilih hijrah. Bahkan pelatih Fabio Capello pun ikut hijrah. Del Piero dengan gentle-nya berkata, "Un vero cavaliere non lascia mai una signora!" atau “A true gentleman never leaves his lady!”. Del Piero pun melakoni Serie-B bersama Juventus di bawah kepelatihan Didier Deschamps dan para pemain lain yang setia seperti Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, David Trezeguet, dan Pavel Nedved. Di Serie B ini dia menjadi capocannonieri (top scorer) dengan 20 gol. Sepertinya Serie-B ini untuk mengasah kembali kemampuannya. Hasilnya, ketika kembali ke Serie A, Del Piero kembali menjadi top scorer dengan 21 gol dan diboyong ke Piala Eropa 2008.

Terpuruknya Juventus menurutku dikarenakan pelatih yang belum pas. Dengan gonta-ganti pelatih, akhirnya di bawah kepemimpinan Antonio Conte-lah, Juventus kembali mendapatkan scudetto. Scudetto inipun sempurna dengan rekor tak terkalahkan Juventus sepanjang perhelatan Serie-A. Di sini beberapa kali Del Piero menunjukkan perannya walaupun lebih sering dibangkucadangkan. Puncak Serie-A, pada pertandingan terakhir Juventus menjamu Atlanta, Del Piero dimainkan dari menit pertama dan mencetak gol keduanya ke gawang Atlanta. Il Pinturicchio tidak bermain sampai laga habis. Ia digantikan oleh Simone Pepe pada menit ke-58 dan setelahnya berlari kecil keliling stadion untuk menyapa para suporter. Penonton pun standing applaus ketika Del Piero keluar dari lapangan. Tak sedikit yang menangis. Sungguh sebuah salam perpisahan, walaupun sebenarnya masih ada satu laga final Coppa Italia yang akan dimainkan 20 Mei 2012 nanti. Apakah ini untuk menyentil manajemen bahwa Juventini masih mencintai Del Piero? Entahlah.

Usai laga Juventus kontra Atalanta, seremoni penyerahan trofi Serie-A digelar dan Del Piero didaulat untuk mengangkat trofi itu pertama kali. Memang statusnya sebagai kapten pantas untuk mengangkat trofi ini pertama kali. Namun, posisi kapten selama perhelatan Serie-A digelar kebanyakan dipegang oleh Buffon. Bukankah ini suatu kehormatan yang diberikan oleh klub kepada Il Capitano yang sebenarnya?

Selesai sudah pengabdiannya di Juventus. Mudah-mudahan ada cerita berbeda dari manajemen. Paling tidak aku berharap kontrak satu musim lagi diberikan kepada Del Piero sehingga genaplah 20 tahun pengabdiannya di Juventus. Tapi semuanya tergantung kepada klub. Del Piero menuliskan perasaannya kepada para fansnya sebagai berikut (dikutip dari Goal.com):

TAK ADA YANG LEBIH BAIK KETIMBANG…

Ketimbang delapan Scudetti.
Ketimbang sebuah promosi dari Serie B.
Ketimbang sebuah Coppa Italia (berharap dua).
Ketimbang empat Piala Super Italia.
Ketimbang sebuah Liga Champions.
Ketimbang sebuah Piala Super Eropa.
Ketimbang sebuah Piala Interkontinental.
Ketimbang satu gol ke gawang Fiorentina.
Ketimbang sebuah gol gaya Del Piero.
Ketimbang sebuah gol di Tokyo.
Ketimbang airmata saya.
Ketimbang sebuah gol di Bari.
Ketimbang sebuah voli back-heel melawan Inter.
Ketimbang sebuah gol untuk Avvocato (mendiang Gianni Agnelli).
Ketimbang sebuah assist kepada David.
Ketimbang gol nomor 187.
Ketimbang sebuah gol di Jerman.
Ketimbang Berlin.
Ketimbang sebuah gol ke Frosinone.
Ketimbang pencetak gol terbanyak Serie B.
Ketimbang pencetak gol terbanyak Serie A.
Ketimbang sebuah penghormatan di Bernabeu.
Ketimbang 704 partai memakai kostum hitam-putih.
Ketimbang 289 gol.
Ketimbang sebuah gol tendangan bebas penentu juara.
Ketimbang sebuah gol melawan Atalanta.
Ketimbang semua rekor.
Ketimbang kostum nomor 10 bernama Del Piero.
Ketimbang ban kapten.

Tak ada, tapi…apa yang kalian beri kepada saya selama 19 tahun.
Saya senang kalian tersenyum, bersorak, menangis, bernanyi, berteriak untuk dan bersama saya.
Tak ada warna yang lebih terang bagi saya ketimbang hitam dan putih.
Kalian membuat impian saya jadi kenyataan. Lebih ketimbang hal lain, hari ini saya hanya ingin mengatakan terima kasih.
Selalu ada di sisi kalian
Alessandro.
Terima kasi Alex buat kontribusimu. Layaklah nomor punggung 10 itu diabadikan untuk mengingatmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar