Jumat, 08 Juni 2012

[50 Legends] Alessandro Del Piero: Ce Solo Un Capitano!

Posted by on May 13, 2012

Un Capitano Ce Solo Un Capitano … Un Capitano … Ce Solo Un Capitano !!!
Hanya ada satu Kapten …  Satu Kapten … Hanya ada satu Kapten !!!

Chant/teriakan cori di atas membahana di seluruh Juventus Stadium kala Il Capitano Alessandro Del Piero mencetak gol kemenangan 2-1 Juventus atas Lazio beberapa pekan lalu. Gol ini terasa sangat special karena selain dicetak melalui free kick jenius juga bertepatan dengan laga ke-700 Del Piero bersama Juventus. Sebuah pencapaian yang mungkin butuh waktu puluhan tahun lagi sebelum ada yang mampu melampauinya.

Angka 700 ini bukan sekedar angka biasa. Bukan sekedar menunjukkan bahwa Del Piero adalah pemain yang paling banyak bermain untuk Juventus. Yang membuat 700 ini terasa begitu spesial adalah Del Piero mampu menjalani 700 laga tersebut dengan sempurna. Sempurna di sini kami artikan sebagai pencapaian positif baik di dalam maupun di luar lapangan. 700 laga yang sudah dilakoni Del Piero untuk Juventus ibarat 700 mahkota bagi The King Alex!

Perjumpaan Del Piero dengan Juventus dimakcomblangi oleh Giampiero Boniperti. Pertama kali tiba di Turin, Del Piero yang saat itu masih berusia 19 tahun langsung dibawa menuju Trophy Room Juventus. Di dalam ruangan yang berisi puluhan piala yang sudah dimenangkan Juve tersebut sang Presiden berkata, “Lihat betapa banyak piala yang sudah dimenangkan klub ini. Kuharap Engkau dapat memenangkan lebih banyak lagi.” Del Piero muda bermodalkan kalimat ini pun langsung menggenapi takdirnya, melakoni 700+ laga dan memenangkan puluhan piala bagi kebesaran nama Juventus.

Perjalanan 700+ laga Del Piero ini tidaklah mudah. Dalam beberapa artikel ini akan coba kami ceritakan musim demi musim perjalanan karir Del Piero bersama Juventus. Semoga Anda tidak bosan.

Musim 1993/1994 Ini adalah musim pertama Del Piero. Layaknya pemuda yang baru berusia 19 tahun, Del Piero harus memulai karirnya dari tingkat Primavera yang saat itu diarsiteki oleh Antonello Cuccureddu. Dasar pemain berbakat, di musim pertamanya dengan Primavera Del Piero langsung mempersembahkan Piala Viareggio (kompetisi tertua untuk Primavera). Del Piero sendiri mencetak gol kemenangan 3-2 atas Fiorentina di partai Final melalu titik putih. Gelar Viareggio ini sendiri merupakan gelar juara kedua dalam sejarah Juventus. Tidak hanya itu, Del Piero juga langsung mempersembahkan gelar scudetto-primavera bagi Juventus Primavera pada musim ini. Gelar ini diperoleh usai mengalahkan Torino pada laga final dan lagi-lagi Del Piero mencetak gol menentukan.

Di tingkat senior Juventus tidak meraih gelar apapun musim ini. Namun demikian Del Piero melakoni 14 pertandingan dan mencetak 5 gol. Debut Ale dilakoni pada tanggal 12 September 1993 kala menggantikan Ravanelli di menit ke-74 menghadapi Foggia. Tujuh hari kemudian Del Piero mencetak gol perdananya bagi Juventus saat menghadapi Reggina yang bertepatan dengan wedding anniversary kedua orang tuanya.

Gaji pertama Del Piero sebagai pemain Juventus digunakannya untuk membeli mobil Lancia Delta Integrale berwarna biru yang kemudian akan dikendarainya selama sepuluh tahun ke depan.

Pada musim kedua Del Piero yaitu musim 1994/1995 perubahan besar terjadi dalam hidup Del Piero. Saat itu Juventus sudah puasa scudetto selama 9 musim. Kepemimpinan Boniperti digantikan oleh Triade (Moggi, Giraudo, dan Bettega) dan pelatih Giovani Trapattoni diganti dengan Marcello Lippi. Del Piero sendiri dipromosikan dari Primavera ke dalam tim senior dan menjadi penyerang keempat dibawah Roberto Baggio, Ravanelli, dan Gianluca Vialli. Musim ini Lippi memainkan formasi 4-3-3 dan dengan sering cederanya Roberto baggio kesempatan unjuk gigi bagi Del Piero terbuka lebar. Sepanjang musim ini Ale bermain sebanyak 50 pertandingan dan mencetak 11 gol di semua ajang. Di musim perdananya sebagai pemain senior, Del Piero langsung menyumbangkan Scudetto ke 23 bagi Juventus. Tidak hanya itu gelar Coppa Italia juga berhasil diraih setelah mengalahkan Parma di partai final. Sayangnya gelar ketiga dalam musim itu yaitu UEFA Cup (yang sekarang dikenal dengan Europa League) gagal diraih setelah dikalahkan Parma di partai Final.

Meski gagal melengkapi treble musim ini, Del Piero mengatakan bahwa musim ini bersama dengan rekan-rekan satu timnya mereka belajar untuk menang, menang dan menang. Meskipun banyak masalah yang mereka hadapi tapi selalu bisa diatasi bersama tim. Del Piero mulai mendapat perhatian dari media dan menandatangani kontrak dengan sponsor pertamanya tahun ini. Dalam sebuah wawancara Del Piero mengatakan, “Semua ini berlangsung terlalu cepat, tapi saya menikmatinya dan tidak ingin berhenti sampai di sini saja.” Pada akhir musim Baggio pindah ke Milan dan semua perhatian tertuju kepada Del Piero yang saat itu baru berusia 21 tahun. Salah satu penyesalan terbesar Del Piero adalah tidak dapat bermain lebih lama dengan Baggio. Del Piero berpendapat bahwa Baggio adalah seorang mentor yang baik serta seorang juara sejati. Namun Ale bangga ditunjuk sebagai penerus seragam kebesaran Juventus dengan nomor 10. Nomor yang dianggap sempurna.

Pada musim 1995/1996 adalah musim pertama mulai dicantumkannya nama pemain pada jersey. Del Piero -10- terlihat begitu sempurna. Satu-satunya yang dapat menggantkan seragam ini adalah seragam Azzuri, ujar Ale. Musim ini bisa dikatakan adalah musim ter-sukses selama karir Del Piero di Juventus. Selain memenangkan piala Super Coppa Italy pada bulan januari 1996 setelah mengalahkan Parma 1-0, Juventus juga berhasil memenangkan Piala Champions (yang sekarang dikenal sebagai UEFA Champions League). Juara Eropa setelah 11 tahun (era Platini) ini diraih usai mengalahkan Ajax pada partai final di Stadion Olympico Roma. Del Piero sendiri bermain sebanyak 43 pertandingan dan mencetak 11 gol di semua ajang musim ini. Debut Ale di Timnas Italia juga dilakukan pada musim ini.


Musim berikutnya 1996/1997 yang menjadi musim ke empat Del Piero di Juventus kembali terjadi beberapa perubahan dalam hidup Ale. Partner di lini depan kembali harus diganti. Manajemen memutuskan untuk melepas Vialli ke Chelsea dan Ravanelli ke Middlesbrough kemudian mendatangkan Zidane, Boksic, Vieri, dan Amoruso untuk mendampingi Del Piero di lini depan. Hasilnya tidak buruk, Del Piero dkk berhasil memenangkan UEFA Super Cup pada bulan Januari 1997 dengan mengalahkan PSG (agregat 9-2), Scudetto ke 24 bagi Juventus dan yang terasa sangat special bagi Del Piero adalah Intercontinental Cup (Toyota Cup) pada bulan November 1996 di Tokyo. Del Piero mencetak satu-satunya gol kemenangan atas River Plate dalam pertandingan tersebut dan dianugrahi gelar MVP. Yang disesalkan adalah Del Piero dkk gagal mengulang kejayaan di Champions Cup setelah di laga final kalah 3-1 dari Borussia Dortmund. Dalam musim ini Del Piero bermain sebanyak 35 pertandingan dan mencetak 15 gol di semua ajang. Di musim ini pula Ale dikenakan wajib militer selama 10 bulan, namun tugasnya hanyalah bermain sepakbola yang mana sudah merupakan profesi bagi Del Piero.

Musim 1997/1998 Del Piero kembali harus beradaptasi dengan tandem baru di lini depan. Kali ini yang didatangkan adalah Filippo Inzaghi dari Atalanta menyusul hengkangnya Cristian Vieri ke Atletico Madrid. Beruntung Del Piero adalah pemain yang sangat mudah beradaptasi dengan siapapun. Duetnya dengan Inzaghi kemudian terbukti menjadi salah satu yang paling ditakuti di Serie A maupun di Eropa. Musim ini Del Piero dianugrahi gelar Best Italian Player dan menjadi Top Scorer bagi Juventus dengan torehan 32 gol dalam 47 pertandingan di semua ajang. Berkat torehan gol yang luar biasa ini, Del Piero berhasil mengantarkan Juventus untuk kembali meraih Scudetto dan Super Coppa italia. Sayangnya dalam partai final ketiga secara beruntun di ajang Piala Champions Juventus harus kembali tersungkur, kali ini di tangan Real Madrid.

Satu hari sebelum ulang tahun Del Piero ke 24, tepatnya pada tanggal 8 November 1998. Saat itu Juventus sedang memimpin di klasemen sementara dan dalam posisi unggul 1-2 atas Udinese di Friulli. Menjelang akhir pertandingan Del Piero mengejar bola di kotak penalti Udinese berbenturan dengan salah satu bek. Sontak Del Piero terbaring kesakitan sambil memegangi lutut kirinya. Setelah ditandu keluar lapangan, Udinese berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke 90 dan capolista diambil alih oleh Fiorentina. Diagnosa lebih lanjut menyatakan bahwa lutut Del Piero mengalami cedera ACL dan harus absen sepanjang musim 1998/1999. Juventus yang begitu kehilangan sosok ADP pada musim ini akhirnya harus puas finish di posisi ke 7 dimana Marcello Lippi harus digantikan oleh Carlo Ancelotti pada Februari 1999.

Masa sulit bagi Del Piero adalah saat menjalani masa pemulihan dari cedera parah tersebut. Beruntung pada tahun 1999 ini Ale bertemu dengan Sonia Amoroso, wanita cantik yang kemudian dinikahi Ale pada tahun 2005 inilah yang selalu membantu Ale melewati masa-masa sulit. Dalam situs resminya Ale mengatakan bahwa cedera panjang ini telah membuat dirinya lebih baik lagi, baik sebagai seorang pesepakbola profesional maupun dalam menjalani kehidupan.

Sekembalinya dari cedera musim berikutnya, Del Piero bermain di total 45 pertandingan dan mencetak 12 gol. Penampilan Ale musim ini belum pulih seperti sediakala, 8 dari 9 gol Ale di Serie A saat itu dicetaknya dari titik putih. Meski demikian Ale hampir membawa Juventus memenangkan scudetto jika saja tidak harus bermain di lapangan yang tergenang air menghadapi Perugia. Sama halnya dengan musim 2000/2001 dimana Ale hanya mampu menyumbangkan 9 gol di Serie A, Juventus kembali harus puas finish di posisi runner up. Saat itu banyak yang menganggap Del Piero sudah habis, semua ragu Ale dapat kembali ke performa sebelum cedera. Apalagi saat final EURO 2000 Ale gagal memanfaatkan peluang emas kala berhadapan dengan Fabian Barthez hingga akhirnya Italia harus merelakan gelar juara Eropa tahun 2000 kepada Perancis. Tekanan atau lebih tepatnya keraguan terhadap Del Piero begitu besar apalagi pada tahun 2000 Del Piero dinobatkan sebagai pemain sepakbola dengan pendapatan paling tinggi (gaji, bonus, dan iklan).

Musim 2001/2002 Ale harus rela melepas salah satu sahabat karibnya ke Real Madrid. Namun sebagai gantinya Ale mendapatkan rekan-rekan satu tim yang akan sangat membantu perjalanan karirnya di era 2000-an. Sebut saja Pavel Nedved dan Gianluigi Buffon yang bersama dengan Del Piero berhasil mengantarkan Juventus merengkuh scudetto musim itu. Ale sendiri bermain di 46 pertandingan dan mencetak 21 gol di semua ajang. Ada kisah menarik dari Del Piero pada musim ini. Tepatnya Februari 2001 Ale harus melepas kepergian Sang Ayah untuk selama-lamanya. Hanya 4 hari berselang (17 Februari 2001) usai pemakaman Sang Ayah, Ale ikut dalam tim yang bertandang ke kandang Bari. Saat itu kedua kiper bermain dengan luar biasa, tidak ada gol yang tercipta hingga menit ke 63 Carlo Ancelotti menarik Kovacevic dan memasukkan Del Piero. Hasilnya Del Piero berhasil mencetak satu-satunya gol kemenangan Juve pada menit ke 80. Ale begitu emosional merayakan gol ini hingga menangis dan mempersembahkan gol ini untuk sang ayah.

Di musim berikutnya Ale bermain sebanyak 38 pertandingan dan mencetak 23 gol di semua ajang. Del Piero bahkan membawa Juventus berlaga di partai Final Liga Champions. Namun sayangnya Juventus harus kalah adu penalty atas AC Milan. Di kancah Serie A sendiri Ale berhasil membawa Juve memenangkan scudetto yang sangat special yang disebut Del Piero sebagai Scudetto for Avvocato. Musim ini Del Piero kembali harus kehilangan tokoh penting dalam hidupnya. Adalah Gianni Agnelli tokoh legendaris yang empunya Juve, yang memberikan julukan Il Pinturicchio kepada Del Piero wafat pada tanggal 24 Januari 2003. Del Piero mengaku sangat terpukul karena beberapa hari sebelumnya Gianni Agnelli sempat menghubungi Ale via telepon. Dalam pembicaraan rutin tersebut Gianni seperti biasa bertanya, “Ale, apakah kau sudah bangun?” Jika biasanya Ale menjawab, “Sudah”, hari itu Ale memberanikan diri menjawab, “Saya sedang tidur tadi”. Dengan tenang Gianni Agnelli kemudian berkata, “Baiklah, sudah saatnya bangun dan segera berlatih”. Sepanjang karirnya Del Piero memang terkenal sangat dekat dengan Gianni Agnelli. Dua hari setelah pemakaman Avvocatto, Del Piero berhasil mencetak salah satu gol terindah dalam karirnya. Menerima crossing dari Zambrotta, Ale langsung melakukan tendangan volly dengan menggunakan tumitnya. Tentu saja gol ini dipersembahkan kepada Gianni Agnelli.


Musim berikutnya 2003/2004 Ale hanya berhasil membawa Juventus finish di posisi ketiga dan harus tersingkir di babak 16 besar Liga Champions. Dalam musim ini Ale bermain di 31 laga dan hanya mampu mencetak 14 gol. Di akhir musim Marcello Lippi tidak diperpanjang kontraknya di Juventus dan hijrah menukangi Azzuri. Sementara pos pelatih Juventus dipercayakan oleh Umberto Agnelli kepada Fabio Capello.

Fabio Capello dikenal sebagai pelatih bertangan besi. Del Piero adalah salah satu korban dimana saat itu Capello lebih percaya dengan kemampuan Ibrahimovic hingga Ale lebih banyak duduk di bangku cadangan. Meski demikian Ale tetap berhasil menyumbangkan 14 gol di Serie A dan sebuah assist indah via tendangan salto kepada Trezeguet dimana saat itu Juve menang 0-1 atas Milan dan memupus harapan tim asuhan Carlo Ancelotti ini dalam persaingan meraih scudetto. Juventus berhasil meraih scudetto ke-28 musim ini namun perjalanan di Liga Champions hanya sampai perempat final.

Beberapa hari usai merayakan keberhasilan meraih scudetto ke 28 Juventus, tepatnya tanggal 12 juni 2005 Del Piero menikahi Sonia Amoroso di sebuah Gereja kecil di kota Turin. Del Piero dan Sonia memutuskan untuk menggelar pernikahan yang privat, total undangan yang hadir hanya 20 orang yang terdiri dari keluarga dan sahabat karib. Ini mencerminkan betapa sederhananya sosok Il Capitano Alessandro Del Piero, jauh dari hingar bingar seorang selebriti papan atas. Bisa dimaklumi memang, Del Piero lahir di keluarga sederhana. Cita-cita Ale saat kecil adalah menjadi seorang pengemudi truk. Alasannya sederhana, dengan menjadi supir truk Ale akan dapat berjalan-jalan mengitari berbagai belahan dunia. Takdir kemudian berkata lain, Ale kini dapat kelling dunia dengan status pemain legendaris di salah satu klub sepakbola terbaik di dunia.

Del Piero memasuki musim 2005/2006 dengan semangat baru usai berbulan madu dan prospek untuk membela Azzuri di Piala Dunia 2006. Total Ale bermain 45 pertandingan dan mencetak 20 gol di semua ajang. Di musim ini lah Ale mulai melakukan selebrasi gol sambil menjulurkan lidah. Dalam situs resminya, Ale sendiri tidak tahu mengapa Ia memilih selebrasi ini. Yang jelas ini adalah salah satu cara Ale mengekspresikan kegembiraan. Ritual menjulurkan lidah ini menjadi trademark saat Juventus memenangkan scudetto ke-29 atau yang ke 7 bagi Del Piero pribadi. Sayangnya di Liga Champions kembali Ale dkk harus kandas di babak perempat final, kali ini oleh Arsenal.

Berbekal prestasi cemerlang di Serie A, Ale ikut berangkat ke Jerman bersama tim Azzuri yang diarsiteki oleh Marcelo Lippi. Del Piero memang hanya mencetak satu gol dalam kompetisi ini, yaitu saat memastikan kemenangan 2-0 atas Jerman di babak semi final. Yang membuat gol ini terasa begitu special adalah proses terciptanya gol serta finishing superb ala Del Piero. Di babak final Del Piero menjadi eksekutor ke-4 Azzuri pada saat penalty shoot out melawan Perancis. Hasilnya Azzuri berhasil menjadi juara dunia 2006, Del Piero is a world cup winner. Lengkap sudah pencapaian prestasi Del Piero di dalam lapangan.

Saat tengah berlibur sambil menikmati status sebagai juara dunia, Del Piero mendapat kabar mengejutkan dari Italia. Persidangan kilat skandal calciopoli memutuskan Juventus akan didegradasi ke Serie B dan harus menerima pengurangan 30 point. Selain itu dua gelar scudetto Juventus musim 2004/2005 dan 2005/2006 juga harus dicabut. Mendengar kabar ini Ale sangat terkejut sekaligus marah. Bagi Ale dua gelar scudetto Juventus yang dicabut secara tidak adil adalah hasil jerih payah di lapangan. Hasil perjuangan dan pengorbanan seluruh elemen Juventus. Menghadapi kenyataan ini Ale segera kembali ke Vinovo untuk segera mengambil sikap. Di saat Capello dan beberapa pemain pergi meninggalkan Juventus, Ale sebagai kapten tim mengeluarkan pernyataan yang sangat terkenal “Un vero cavaliere non lascia mai una signora!” atau “A true gentleman never leaves his lady!”. Sebuah pernyataan sikap setia yang mudah diucapkan namun sesungguhnya tidak mudah dipraktekkan.

Bermain di Serie B bagi seorang juara  dunia tentu terasa aneh bagi Ale. Kini tim hanya berlatih untuk mempersiapkan satu pertandingan dalam seminggu. Pertandingan dimainkan di siang hari. Hari Minggu sekarang Ale hanya menganggur, karena pertandingan di Serie B semuanya dimainkan pada hari Sabtu. Saat makan malam di hari Selasa atau Rabu Ale hanya bisa menyaksikan Liga Champions dari televisi. Hal-hal seperti ini meski terkesan simple, tapi jika dijalani sungguh tidaklah mudah. Namun demikian Ale mengaku tidak menyesal membela Juventus di Serie B karena menganggap Juventus sebagai sebuah keluarga, dimana apa yang terjadi terhadap klub, tim hingga tifosi merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Bermain di Serie B mengingatkan Ale akan saat-saat pertama dalam karirnya dan serasa membuat Ale muda kembali.


“Ini adalah takdirku. Saat berada di puncak karir usai menjuarai Piala Dunia, tanggal 9 September 2006 saya tiba di Rimini untuk bermain di salah satu pertandingan Serie B. 14 tahun telah berlalu saat terakhir aku bermain di Serie B bersama Padova. Tapi kali ini ada tiga hal yang berbeda: seragam hitam putih, ban kapten di lengan, dan nomor 10 di punggung saya.” Alessandro Del Piero
Benar saja. Setelah bermain di Serie B Del Piero semakin tajam. Selain meraih gelar Capocannonieri di Serie B (20 gol musim 2006/2007), Del Piero juga menjadi top scorer di Serie A musim 2007/2008 dengan torehan 21 gol. Del Piero tetap setia dengan Juventus melewati masa “enam tahun penantian” yang sangat berat termasuk pengurangan gaji dan lain-lain hingga musim ini Del Piero berhasil meraih scudetto-nya yang ke-8.

Selama 19 tahun membela Juventus, Del Piero telah menyumbangkan 18 gelar. Bermain di 703 pertandingan dan mencetak 289 gol bagi La Vecchia Signora. Banyak diantara kita yang mungkin mengenal Juventus atau bahkan sepakbola melalui Del Piero.

Dalam pertandingan menghadapi Atalanta nanti malam, Conte telah berjanji akan menurunkan Ale sejak menit pertama, membiarkan Ale mengenakan ban kapten dan menjadi penerima piala scudetto 2011/2012 ini. Mari kita nikmati setiap detik penampilan Ale, karena bisa saja pertandingan ini adalah pertandingan terakhir Ale di Turin dan di Serie A.

Tentu kita berharap Andrea Agnelli mengejutkan kita semua dan memperpanjang kontrak Del Piero. Legenda hidup seperti Alessandro Del Piero sepantasnya menutup karir bersama Juventus.


IERI … OGGI … DOMANI SEMPRE JUVENTUS !!!

Repost from http://signora1897.com/2012/05/50-legends-alessandro-del-piero-ce-solo-un-capitano/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar