Banyak juga yang protes dengan "anehnya" AirAsia. Pernah salah seorang teman mengeluh AirAsia macam naik bus, rebutan tempat duduk. Padahal pada saat dia mengeluh tersebut, AirAsia sudah memberikan nomor kursi. Memang benar AirAsia pernah menerapkan kebijakan tanpa nomor kursi, tapi itu sudah cerita lama. AirAsia sudah memberikan nomor kursi pada saat check-in.
Aku sendiri sudah mengkategorikan diri sendiri fanatik dengan AirAsia. Hampir seluruh penerbanganku naik pesawatnya. Maklumlah, naik pesawat masih dengan biaya sendiri sehingga harus cari yang murah, apalagi promo. Jadi tagline-nya "Now everyone can fly" atau dalam bahasa Indonesia, "Sekarang semua orang bisa terbang" sangat sesuai untuk AirAsia. Tagline yang sangat kuat dan berniat jual yang tinggi, setidaknya menurutku yang bukan pakar manajemen.
Apakah aku sedemikian senangnya dengan AirAsia sehingga tidak ada kekecewaan sedikitpun kepadanya? Sebenarnya ada, tapi sebenarnya itu bisa dikategorikan salah sendiri, kenapa gak menaati peraturan penerbangannya. Contohnya: waktu pulang dari Denpasar ke Medan lewat Bandung. Pada saat di Ngurah Rai, ternyata bagasi kami kelebihan dari yang aku pesan sebelumnya. Jadi kami membayar biaya kelebihan bagasi, waktu itu Rp 60.000/kg. Kami kelebihan 5 kg sehingga kami harus bayar 300 ribu. Salah sendiri kenapa aku mesannya sedikit sedang yang kami bawa banyak, padahal istri sudah mengingatkan. Akhirnya pada saat menunggu di Bandung untuk penerbangan ke Medan malam, aku pesan tambahan bagasi (AirAsia masih memperbolehkan pemesanan bagasi hingga 4 jam sebelum penerbangan). Setelah itu, aku langsung membeli timbangan bagasi seharga 150 ribu agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Jadi AirAsia itu mengajarkan agar kita termanajemen dengan baik sehingga biaya yang kita keluarkan menjadi seminimal mungkin. Memang ada sih kekecewaan lain, misalnya seringnya perubahan jadwal penerbangan. Mencoba maklum saja sih, walaupun gak tahu apa penyebabnya, tapi sejauh ini Call Center AirAsia dengan baik memberikan solusi yang pas, malah pernah menguntungkan :). Ada juga kekecewaan pada saat check-in dikasih nomor bangku yang tidak berdekatan dengan istri, padahal web check-in jauh-jauh hari (dibuktikan dengan nomor sequence yang masih kecil). Tapi yang mencoba maklum, karena mereka jualan nomor bangku juga. Toh setelah di udara, kami duduk bersebelahan juga, hehehe...
Kalau kubilang, AirAsia itu maskapai untuk orang yang terdidik (bukan bermaksud menjelekkan). Sering kudengar repetan orang tentang AirAsia. Setelah kusimak baik-baik apa yang dikeluhkannya, ternyata dia yang tidak mengerti aturan main AirAsia. Padahal banyak orang yang senang dengan hadirnya AirAsia di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Terbukti dengan 5 kali berturut-turut penghargaan World’s Best Low Cost Airline yang diterima AirAsia. Selamat buat AirAsia. Sekarang semua orang bisa terbang karenamu.
Jepretan dari pesawat AirAsia Airbus A-320 rute DPS-CGK, Februari 2012
Pesawat AirAsia Airbus A-320 Truly ASEAN parkir di Bandara Don Mueang, Bangkok, Juli 2013
Pesawat AirAsia Airbus A-320 sharklet segera take-off di Bandara Don Mueang, Bangkok, Juli 2013
Pesawat AirAsia Boeing 737 sebelum dipensiunkan, terparkir di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Maret 2011
Pesawat AirAsia Airbus A-320 terparkir di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar