Mencoba mengisahkan kembali perjalanan ke salah satu tempat penangkaran penyu yang ada di Tanjung Benoa, Bali akhir April 2012. Semula tidak ada niat ke penangkaran penyu tersebut. Kunjungan kami hanya untuk melihat Tanjung Benoa yang ramai dengan
water sport-nya. Itupun tidak ada satupun
water sport yang kami coba dengan alasan yang kurang masuk akal, jantung
nggak kuat, hehe...
Untuk suasana yang kurang ramai, ternyata harga juga obral habis. Ditawari
parasailing dengan harga 75 ribu yang biasanya harga di atas 150 ribu (dalam mata uang rupiah ya..). Tapi seperti alasan yang sudah ditulis di atas,
nggak ah.
|
Parasailing |
Mampirlah seorang pria berprofesi nahkoda perahu yang belakangan kami tahu orang Flores menawarkan jasa perahu mengantarkan ke Pulau Penyu, tempat penangkaran penyu yang adalah satwa dilindungi. Semula kami tak acuh dengan tawarannya karena memang tidak ada niatan ke sana. Dia mencoba terus membujuk hingga dia sebutkan harga yang menurut kami sangat murah dan jangan disia-siakan. Biasanya tarif dihitung per perahu yang bisa mencapai harga 600 ribu untuk maksimal 10 orang. Jadi repot kalau yang hanya berdua. Jalan satu-satunya cari kawan atau pasrah menunggu penumpang lain.
Penumpangnya hanya kami berdua. Yang biasanya harga per perahu bisa mencapai 600 ribu, bisa kami dapatkan dengan hanya 100 ribu. Perahu bergerak ke tengah laut. Di tengah laut, sang nakhoda menghentikan perahu dan menunjukkan kalau di situ adalah area terumbu karang dengan ikan-ikan berwarna-warni. Dia memberikan kami roti untuk diberikan ke ikan-ikan.
Service-nya tetap sama, walaupun hanya kami berdua penumpangnya.
|
Ikan yang diberi makan roti |
Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Penyu. Tampak pemandangan Pelabuhan Benoa dan pesawat-pesawat yang sedang
take-off. Nahkoda mengatakan bahwa harus kembali sebelum sore hari dikarenakan air laut yang surut hingga orang bisa berjalan di laut tersebut. Dalam hati deg-degan jangan sampai terdampar di pulau yang berpenghuni penyu-penyu tersebut.
Sampailah kami ke TKP (tempat kehidupan penyu). Ada dua tempat penangkaran penyu yang ada di sana: Delwang Sari (sebelah kiri) dan Moon Cot Sari (sebelah kanan). Kami melangkahnya ke Moon Cot Sari. Tidak ada retribusi masuk, kita bisa memberikan sumbangan seikhlasnya. Ada pemandu yang memberi penjelasan dan juga membantu menjepret kami berdua dengan kamera 1000D (walaupun agak-agak kurang puas karena hasil jepretannya kurang fokus). Inilah pengalaman pertama berinteraksi langsung dengan penyu (pernah sih
snorkling di perairan Gili, Lombok untuk
hunting penyu, tapi hasilnya nol). Istriku terjun ke kolam penyu yang dihuni oleh tetua-tetua penyu (bahkan ada sesepuh yang usianya 65 tahun dengan berat 100 kg) untuk memberi makan rumput laut. Kalau aku
mah ogah, khawatir kakiku dicium oleh tetua penyu.
|
Bayi-bayi penyu |
|
Asyik berenang |
|
Yang ini lagi tidur |
|
Tetua-tetua penyu |
Kita bisa berfoto dengan penyu-penyu tersebut, juga bisa berfoto dengan iguana, burung elang, burung rangkok, juga ular.
|
Istriku berfoto dengan ular |
Setelah puas berkeliling, kita diajak untuk mampir di kantin mereka. Kami pun memesan sebutir kelapa muda untuk dinikmati berdua. Setelah memberikan tips untuk pemandu, kami pun segera menuju perahu yang setia menunggu hingga kami kembali. Di tengah perjalanan menuju Tanjung Benoa, kami berjumpa dengan kapal Nusa Penida Island Cruises yang memiliki dua lambung. Pengalaman kedua melihat jenis kapal seperti ini, sebelumnya melihat yang mirip di film James Bond, hehe...
Jika ke Tanjung Benoa, jangan lupa mampir ke Pulau Penyu ya. Syukur-syukur bisa dapat harga perahu seperti kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar